
APPTIMA DALAM PERSPEKTIF BIDANG KERJASAMA APPTI
oleh Dr. Zalzulifa, M.Pd.
Selaku Ketua Bidang Kerjasama di Kepengurusan Afiliasi Penerbit Perguruan Tinggi (APPTI) Pusat, penulis dalam forum rapat koordinasi di Botani Square Bogor oleh tuan rumah IPB Press, 2017 menyampaikan perlunya APPTI mendorong terbentuknya organ setingkat wilayah selain berbasis geografi di 34 propinsi juga dimungkinkannya terbentuk organ setingkat wilayah dengan basis karakteristik teologi dan sosiologi perguruan tinggi. Pada saat itu mucullan istilah APPTIMU wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, APPTINU wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Nahdathul Ulama, APPTIKI wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Kristen, dan APTIBU wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Budha. Gagasan ini muncul dari pemahaman dan pengalaman empirik penulis selaku mantan Wadir Bidang Kerjasama Polimedia yang merasakan betapa kerja-kerja kolaborasi akan menghadapi kendala baik dari aspek biaya maupun luas dan banyaknya target layanan APPTI mencapai 3000-an PTN/PTS yang ada di Indonesia. Wacana inipun bergulir terus termasuk kemungkinan dilakukan penambahan klausul di AD/ART sebagai solusi peran fasilitator, motivator dan inovator APPTI mewadahi berkembangnya unit penerbitan di setiap perguruan tinggi menuju kemandirian akademis dalam memasuki era koopetisi secara global. Untuk mampu menjadi bagian dari pergaulan masyarakat global maka perlu dipahami bahwa dunia penerbitan harus mampu beradaptasi dengan tuntutan kolaborasi yang bersifat koopetisi alih- alih kompetisi dalam dunia kreatifitas. Bahkan era pergaulan dunia tanpa batas saat ini menuntut perubahan perilaku individu manusia yang pada awalnya mengandalkan kekuatan modal atau Economcal Based Capital menjadi kekuatan pengetahuan atau knowledge Based Capital. Apalagi dunia penerbitan yang dapat dikatakan sebagai orkestranya enam belas (16) subsektor industry kreatif, maka majunya dunia penerbitan sekaligus juga akan berdampak terhadap kemajuan industry kreatif lainnya, seperti: periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video.
Selaku personal yang menakodai bidang kerjasama APPTI, penulis melihat tingginya potensi sinergi antar dunia pendidikan dalam perspektif kerjasama kolaborasi bersifat koopetisi alih-alih kompetisi di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiah (PTMA) se-Indonesia. Publik tahu bahwa Perguruan Tinggi merupakan salah satu amal usaha muhammadiyah di bidang pendidikan selain pendidikan tingkat dasar dan menengah. Dalam hal ini, Suara Muhammadiyah, edisi 2020 mendata sebaran dan jumlah 162 perguruan tinggi dengan klasifikasi 154 Pergurun Tinggi Muhamamdiyah (PTM) dan 8 Perguruan Tinggi Aisyiah Perguruan Tinggi Aisyiyah (PTMA), diantaranya berbentuk Akademi, Politeknik, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas sebagaimana table dan ilustrasi berikut.
Membaca Potensi Kolaborasi Unit Penerbitan di lingkungan PTMA
Kategori PTMA | PTM | PTA | Jumlah |
Universitas | 57 | 2 | 59 |
Sekolah Tinggi | 80 | 3 | 83 |
Akademi | 5 | 1 | 6 |
Institut | 9 | 0 | 9 |
Politeknik | 3 | 2 | 5 |
Jumlah | 154 | 8 | 162 |
Memperhatikan begitu besarnya potensi amal usaha pendidikan tinggi muhammadiyah maka selayaknya gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan (amanat Muktamar ke 47 di Makassar) juga menjadi acuan membangun pendidikan tinggi melalui keberadaan lembaga penerbit di internal masing-masing pendidikan tinggi. Keberadaan unit penerbitan tidak lagi menjadi domain usaha berbasis modal atau kapital, akan tetapi apa yang disebut oleh Jhon Howkin, 2009 sebagai Intelectual Based Capital. Ini artinya membangun Penerbit Perguruan Tinggi tidak lagi orientasi mesin cetak sebagaimana kesan yang ada pada University Press selama ini.
Untuk memberikan pemahaman secara komprehensif tentang peluang membangun unit penerbitan di lingkungan amal usaha pendidikan tinggi muhammadiyah maka saat melaunching keberadaan Fakultas Pariwisata dan Industri Kreatif (PARINKRAF), UMT mengadakan semiloka dengan tema: Meningkatkan Akreditasi Pendidikan Tinggi Muhammadiyah Melalui Eksistensi Penerbit Pendidikan Tinggi. Adapun salah satu rekomendasi hasil seminar dan lokakarya adalah Pembentukan Forum Penerbit Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FPPTM) sebagai upaya Peningkatan Kompetensi dan Eksistensi Dosen maupun Perguruan Tinggi Melalui Eksistensi Penerbit Pendidikan Tinggi (University Publishing) yang Berkemajuan.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Pentingnya Penerbit Perguruan Tinggi
oleh Dr. Purnomo Ananto, M.M. Kualitas dan kuantitas produksi buku pada dasarnya adalah merupakan salah satu tolok ukur dari peradaban dan tingkat kecerdasan sebuah bangsa. Karena itu,
Penerbitan Buku Cerminan Peradaban Manusia
oleh Dr. Purnomo Ananto, M.M. Terbitnya sebuah buku karena memang ada orang yang menulisnya. Budaya lisan menyebabkan masyarakat kita lebih suka berbicara daripada menulis. Padahal tanp
Penerbit Perguruan Tinggi di Indonesia Kini dan Esok
oleh Dr. Purnomo Ananto, M.M. Undang-undang Nomor 3 tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan khusus Pasal 51 menegaskan bahwa Penerbitan Buku untuk pendidikan tinggi dapat dikelola oleh perg
Andai Ts'ai Lun dan Gutenberg Masih Hidup
Oleh Dr. Aam Bastaman Orang yang dianggap paling berjasa terhadap perkembangan dunia ilmu pengetahuan salah satunya adalah Ts’ai Lun (105 M), sang penemu kertas asal Cina, dan ked